Welcome

Welcome to my blog

Selasa, 20 Desember 2011

PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN KOGNITIF

A. Aliran Psikologi Kognitif

Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konseps manusia menurut behaviorisme. Geraka ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaks secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme.

Tokoh-tokohnya antara lain: Gestalt, Meinong, Ehrenfels, Kohler, Max Wetheimer, dan Koffka. Menurut mereka manusia tidak memberikan respons secara otomatis kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya karena manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan lingkungan dan bahkan dapat mendistorsinya (merubahnya). Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri.

Ciri-ciri aliran kognitif:

1. mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

2. mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian

3. mementingkan peranan kognitif

4. mementingkan kondisi waktu sekarang

5. mementingkan pembentukan struktur kognitif

6. mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia

7. mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)

B. Konsep Pembelajaran Kognitif

Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya yaitu: Piaget, Bruner dan Ausuble.

1. Jean Piaget

Tiga prinsip utama pembelajaran yang dikemukakan Piaget, antara lain:

a. Belajar aktif

Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol; mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

b. Belajar lewat interaksi social

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini memperkuat pendapat dari JL. Mursell.

c. Belajar lewat pengalaman sendiri

Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.

2. JA. Brunner

Brunner menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara membangkitkan motivasi belajar. Maka dalam pengajaran di sekolah Brunner mengaukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup:

a. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar

Pembelajaran dari segi siswa adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam hal mencari alternative pemecahan masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan pengalaman-pengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalaman-pengalaman yang positif. Karena itulah diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan. Maka guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.

b. Perstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal

Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak

c. Perincian urutan penyajian materi pelajaran

Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Yang mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

d. Cara pemberian “reinforcement”

Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang digunakan sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari guru adalah dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic.

3. David Ausuble

Ausuble mngemukakan tentang belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Prasyarat belajar bermakna adalah: materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial dan anaj yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Empat prinsip pembelajaran, antara lain:

a. Pengatur Awal (Advance Organizer)

Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

b. Diferensiasi Progresif

Di dalam proses belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsure yang paling umum dan inklusif diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.

c. Belajar Superordinat

Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.

d. Penyesuaian Integratif

Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dank e bawah selama informasi disajikan.


Model Pembelajaran tipe CIRC

A.   Pendahuluan

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayan terhadap kemampuan, potensi,minat, bakat, dan kebutuhan siswa (peserta didik) yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan murid serta murid dengan murid. Lalu, bagaimanakah guru dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk belajar dan membantu saling belajar satu sama lain? Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa akan berdiskusi, berdebat, dan menggeluti ide-ide,ketrampilan-ketrampilan ? bagaimana siswa bisa mengasah kemampuannya? Dan guru bisa mengorganisasi seluruh kelas? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah dengan model pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe circ yang selanjutnya akan dibahas secara mendalam.




B.   Dasar Pemikiran.

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Maden Steven dan Slavin dalam Nur, 1986:12) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.

 CIRC singkatan dari cooperative lntegrated reading and composition termasuk salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning. Pada awalnya model circ diterapkan dalam pembelajaran bahasa. Dalam kelompok kecil para siswa diberi suatu teks bacaan (cerita/novel) kemudian siswa latihan membaca atau saling membaca, memahami ide pokok, saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita atau tanggapan terhadap isi cerita atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari guru (mohammad Nur, dalam suyitno 2007 : 21)


Slavin dalam Suyitno(2007:25) menyatakan bahwa “in addition to solving the problems of management and motivation in individualized programmed instruction, CIRC was created to take adventage of the considearable socilization potential of cooperative learning.”



CIRC termasuk dalam pembelajaran kooperatif yang pada aktifitasnya siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim,asesmen awal tim, dan kuis. Siswa tidak akan diberi kuis sampai teman sesame timnya menentukan bahwa mereka siap. Penghargaan yim berupa sertifikat yang diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim pada kegiatan tersebut. Karena siswa bekerja pada bahan yang sesuai dengan tingkat membaca mereka, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil. Kontribusi siswa kepada timnya didasarkan pada skor kuis mereka dan karya tulis akhir mandiri, yang menjamin tanggung jawab individual. (Muhammad Nur: 2005 : 13)

          Sebuah fitur yang bersifat hampir selalu universal dari pengajaran membaca adalah penggunaaan kelompok membaca yang terdiri atas para siswa dengan tingkat kinerja yang sama (Hiebert, 1983 dalam slavin (1995 :200))

C.   Focus utama

Focus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif : Para siswa yang bekerja didalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota tim.



 D.  Unsur-unsur progam

CIRC  terdiri dari tiga unsur penting :kegiatan – kegiatan dasar terkait pengajaran langsung, pelajaran memahami bacaan,dan seni berbahasa dan menulis terpadu.semua kegiatan mengikuti siklus regular yang melibatkan presentasi dari guru ,latihan tim,latihan independent,pra penilaian teman,latihan tambahan,dan tes.sama seperti  TAI ,CIRC mempunyai materi dan petunjuk manualnya sendiri.Unsur utama dari CIRC adalah sebagai berikut:

Kelompok Membaca.Para siswa dibagi kedalam kelompok  - kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membacanya .yang dapat ditentukan oleh guru mereka.

Tim.Para siswa dibagi kedalam pasangan (atau trio) dalam kelompok membaca mereka ,dan selanjutnya  pasangan – pasangan tersebut dibagi kedalam tim yang terdiri dari dua kelompok membaca.Misalnya ,sebuah tim bisa saja terdiri dari dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok tingkat rendah .anggota tim menerima poin –poin berdasarkan kinerja individual mereka pada semua kuis,karangan ,dan buku laporan.

Kegiatan –kegiatan yang Berhubungan dengan cerita.Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan guru yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit tiap harinya.Dalam kelompok –kelompok ini,guru menentukan tujuan dari membaca,mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membacanya,dan sebagainya.Diskusi mengenai cerita  disusun untuk menekankan kemampuan –kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasi masalah dalam bentuk narasi.

Menceritakan Kembali Cerita .setelah membaca ceritanya kelompok tersebut (siswa)merangkum poin –poin utama dari cerita tersebut untuk pasangannya.

Pemeriksaan Oleh Pasangan.Jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan atau memenuhi criteria terhadap tugas tersebut.

Tes.pada akhir dari tiga periode kelas para siswa diberikan tes pemahaman terhadap cerita ,diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosa kata ,dan diminta untuk membacakan daftar kata-kata denga keras kepada guru.pada ttes ini para siswa tidak diperbolehkan salimg membantu.

Pengajaran Langsung dalam Memahami Bacaan.Satu hari dalam setiap satu minggu,para siswa menerima pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaan ,seperti mengidentifikasikan gagasan utama ,memahami hubungan sederhana ,dan membuat kesimpulan .kurikulum tahap demi tahap dirancang untuk tujuan ini .setelah menyelesaikan tiap pelajaran ,para siswa memahami bacaan sebagai sebuah tim ,serta mendiskusikan masalah-masalah yang masih tersisa dalam rangkaian soal yang kedua .

Seni Berbahasa dan Menulis Terintegrasi .selama periode seni bahasa ,penekanan kurikulum ini adalah pada proses menulis ,dan kemampuan mekanika bahasa diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis ketimbang sebagai topic yang terpisah.pada semua tugas menulis para siswa membuat konsepkarangan sesudah berkonsultasi dengan satu timnya dan kepada guru untuk merevisi isi karangan mereka ,dan kemudian saling menyunting pekerjaan satu sama lainnya menggunakan formulir penyuntingan temannya yang menekankan pada kebenaran tata bahasa dan mekanika bahasa .

Membaca Independen dan Buku Laporan .para siswa diminta untuk membaca buku yang ditukar sesuai dengan pilihan mereka minimal sekedar dua puluh menit tiap malamnya .formulir paraf orang tua mengindikasikan bahwa siswa telah membaca selama waktu yang diminta dan siswa akan memberikan kontribusi poin pada timnya bila mereka mengumpulkan formulir yang telah selesai tiap minggunya .para siswa juga diminta untuk menyelesaikan buku laporan secara regular ,dimana mereka juga mendapat poin tim untuk tugas ini .Apabila siswa telah menyelesaikan paket cerita mereka atau kegiatan-kegiatan lainnya lebih cepat ,mereka boleh membaca buku yang bebas mereka pilih didalam kelas.    

 E. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Tipe CIRC

          Komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC Model  pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2007: 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:

(1). Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;

 (2). Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu;

 (3). Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya;

(4). Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya;

(5). Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas;

(6). Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok;

 (7). Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa;

 (8). Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.


F.   Penerapan model pembelajaran Tipe CIRC

Cooperatif Integrated Reading and Composition(CIRC)
Kooperatif CIRC merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis .(Suprijono,2009: 137)Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah sebagai berikut.
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/ kliping sesuai dengan topik
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup



Amin Suyitno (2007 ) memaparkan bahwa Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:

1). Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan

2). Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita.

3). Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC

4). Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa (learning society) yang heterogen.setiap siswa terdiri dari 4 atau 5 siswa.

5). Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal pemecahan masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok
6). Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik.

7). Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pola CIRC(team study). Guru mengawasi kerja kelompok

8). Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan yang dialami oleh kelompoknya

9). Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan guru.

10). Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannyadi depan kelas


11). Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan

12). Guru memberikan tugas/PR soal cerita  secara individual pada pokok bahasan yang dipelajari

13). Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya

14).menjelang akhir waktu pembelajaran, Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal cerita.

15). Guru memberikan tes formatif, sesuai dengan standard kompetensi yang ditentukan.


G.   Kekuatan model pembelajaran CIRC

Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut:

1). CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah

2). Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang

3). Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok

4). Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya

5). Membantu siswa yang lemah

6). Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah


H.  Penutup.

Pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, model pembelajaran yang ada sangat kita butuhkan untuk membuat sebuah pembelajaran yang aktif,efektif, dan efisien salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition). Banyak jenis model pembelajaran yang ada . tentunya kita jangan terpaut dengan hanya satu model pembelajaran. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Model apapun jika kita tidak menguasai materi dan tidak disenangi para siswa maka hasil pembelajaran akan menjadi tidak efektif.



I.     Daftar Pustaka.

Suyitno,Amin.2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang : FMIPA UNNES

Suyitno,Amin. 2007. Makalah Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya. Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Matematika Guru SMP/MTs Se- Jawa Tengah. Semarang : Subdin Pengembangan Tenaga Kependidikan dan Non Kependidikan seksi PTK

Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur : Depdiknas Dirjen Lembaga Penjamin Mutu.

Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning Theory and Practice. Boston : Alyn Bacon

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasin PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Belajar